I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Secara geografis letak kerajaan
Majapahit sangat strategis karena adanya di daerah lembah sungai yang luas,
yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo, serta anak sungainya yang dapat
dilayari sampai ke hulu.
Kerajaan Majapahit Didirikan tahun
1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana yang merupakan
keturunan Ken Arok raja Singosari. Pada saat terjadi serangan Jayakatwang,
Raden Wijaya bertugas menghadang bagian utara, ternyata serangan yang lebih besar
justru dilancarkan dari selatan. Maka ketika Raden Wijaya kembali ke Istana, ia
melihat Istana Kerajaan Singasari hampir habis dilalap api dan mendengar
Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-pembesar lainnya. Akhirnya ia
melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih setia dan dibantu
penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke adura meminta
perlindungan dari Aryawiraraja.
Berkat bantuannya ia berhasil
menduduki tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah
kekuasaannya. Ketika tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi,
Ike-Mise, dan Kau Hsing dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya
memanfaatkan situasi itu untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah
Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya.
Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan
tentara Mongol, sehingga tentara Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke
negrinya. Maka tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa
Jayawardhana.
Kerajaan Majapahit ini mencapai
puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Kebesaran
kerajaan ditunjang oleh pertanian sudah teratur, perdagangan lancar dan maju,
memiliki armada angkutan laut yang kuat serta dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan
patih Gajah Mada.
Di bawah patih Gajah Mada Majapahit banyak menaklukkan
daerah lain. Dengan semangat persatuan yang dimilikinya, dan membuatkan Sumpah
Palapa yang berbunyi “Ia tidak akan makan buah palapa sebelum berhasil
menyatukan seluruh wilayah Nusantara”.
Mpu Prapanca dalam bukunya Negara
Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di masa Hayam Wuruk dan
juga silsilah raja sebelumnya tahun 1364 Gajah Mada meninggal disusun oleh
Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran.
Pada makalah ini akan membahas
tentang keadaan perekonomian kerajaan Majapahit, untuk lebih jelasnya lagi akan
dibahas pada bagian pembahasan.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sejarah berdirinya kerajaan Majapahit?
2. Bagaimana
keadaan pemerintahan di kerajaan Majapahit?
3. Bagaimana
Keadaan sosial budaya masyarakat di kerajaan Majapahit?
4. Bagaimanakah
perkembangan perekonomian di kerajaan Majapahit?
5. Apa yang
melatar belakangi runtuhnya kerajaan Majapahit?
I.3 Pembatasan Masalah
Di Indonesia banyak kerajaan-kerajaan
namun pada makalah ini akan dibahas tentang Kerajaan Majapahit “Perkembangan
Ekonomi”.
II
PEMBAHASAN
II.1
Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit
Sesudah Singasari mengusir Sriwijaya
dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290 Singasari menjadi kerajaan paling
kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan penguasa
Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke
Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara penguasa kerajaan Singasari yang
terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan
merusak wajah dan memotong telinganya. Kublai Khan marah dan lalu
memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Ketika itu Jayakatwang adipati
Kediri sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang
memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya menantu Kertanegara yang datang
menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu
dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit nama tersebut diambil dari
buah maja yang rasanya “pahit” dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongolia
tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongolia untuk bertempur melawan
Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongol sehingga memaksa
mereka menarik pulang kembali pasukan secara kalang-kabut karena mereka berada
di teritori asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk
menangkap angin muson agar dapat pulang atau mereka harus terpaksa menunggu
enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal yang digunakan sebagai
tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai
raja yaitu tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi
Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang
terpercaya Kertarajasa termasuk Ranggalawe Sora dan Nambi memberontak melawan
meskipun pemberontakan tersebut tak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa
mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang
terpercaya raja agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan.
Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti) Halayudha ditangkap dan
dipenjara lalu dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Anak dan penerus Wijaya Jayanegara
adalah penguasa yang jahat dan amoral. Ia digelari Kala Gemet yg berarti
“penjahat lemah”. Pada tahun 1328 Jayanegara dibunuh oleh tabib Tanca. Ibu tiri
yaitu Gayatri Rajapatni seharus menggantikan akan tetapi Rajapatni memilih
mengundurkan diri dari istana dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni menunjuk
anak perempuan Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Selama
kekuasaan Tribhuwana kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan
terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana menguasai Majapahit sampai kematian ibu
pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putra Hayam Wuruk.
II.2 Masa Pemerintahan Kerajaan Majapahit (Raja-raja
Majapahit)
1. Kertajasa
Jawardhana (1293 – 1309)
Merupakan pendiri kerajaan
Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya dibantu oleh mereka yang
turut berjasa dalam merintis berdirinya Kerajaan Majapahit, Aryawiraraja yang
sangat besar jasanya diberi kekuasaan atas sebelah Timur meliputi daerah
Lumajang, Blambangan. Raden Wijaya memerintah dengan sangat baik dan bijaksana.
Susunan pemerintahannya tidak berbeda dengan susunan pemerintahan Kerajaan
Singasari.
2. Raja
Jayanegara (1309-1328)
Kala Gemet naik tahta menggantikan
ayahnya dengan gelar Sri Jayanegara. Pada Masa pemerintahannnya ditandai dengan
pemberontakan-pemberontakan. Misalnya pemberontakan Ranggalawe 1231 saka,
pemberontakan Lembu Sora 1233 saka, pemberontakan Juru Demung 1235 saka,
pemberontakan Gajah Biru 1236 saka, Pemberontakan Nambi, Lasem, Semi, Kuti
dengan peristiwa Bandaderga. Pemberontakan Kuti adalah pemberontakan yang
berbahaya, hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Namun semua itu dapat
diatasi. Raja Jayanegara dibunuh oleh tabibnya sendiri yang bernama Tanca.
Tanca akhirnya dibunuh pula oleh Gajah Mada.
3. Tribuwana
Tunggadewi (1328 – 1350)
Raja Jayanegara meninggal tanpa
meninggalkan seorang putrapun, oleh karena itu yang seharusnya menjadi raja
adalah Gayatri, tetapi karena ia telah menjadi seorang Bhiksu maka digantikan
oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribuwana Tunggadewi, yang dibantu
oleh suaminya yang bernama Kartawardhana. Pada tahun 1331 timbul pemberontakan
yang dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta (Besuki). Pemberontakan ini berhasil
ditumpas oleh Gajah Mada yang pada saat itu menjabat Patih Daha. Atas jasanya
ini Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit menggantikan Pu
Naga. Gajah Mada kemudian berusaha menunjukkan kesetiaannya, ia bercita-cita
menyatukan wilayah Nusantara yang dibantu oleh Mpu Nala dan Adityawarman. Pada
tahun 1339, Gajah Mada bersumpah tidak makan Palapa sebelum wilayah Nusantara
bersatu. Sumpahnya itu dikenal dengan Sumpah Palapa, adapun isi dari amukti
palapa adalah sebagai berikut :”Lamun luwas kalah nusantara isum amakti palapa,
lamun kalah ring Gurun, ring Seram, ring Sunda, ring Palembang, ring Tumasik,
samana sun amukti palapa”. Kemudian Gajah Mada melakukan penaklukan-penaklukan.
4. Hayam Wuruk
Hayam Wuruk naik tahta pada usia
yang sangat muda yaitu 16 tahun dan bergelar Rajasanegara. Di masa pemerintahan
Hayam Wuruk yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai
keemasannya. Dari Kitab Negerakertagama dapat diketahui bahwa daerah kekuasaan
pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, hampir sama luasnya dengan wilayah
Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke
negara-negara tettangga. Satu-satunya daerah yang tidak tunduk kepada
kekuasaaan Majapahit adalah kerajaan Sunda yang saat itu dibawah kekuasaan Sri
baduga Maharaja. Hayam Wuruk bermaksud mengambil putri Sunda untuk dijadikan
permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta ayahnya Sri Baduga
Maharaja bersama para pembesar Sunda berada di Bubat, Gajah Mada melakukan tipu
muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk dengan putri Sunda
dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda dipersembahkan
kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan paham dan
akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak, Sri Baduga
gugur, putri Sunda bunuh diri.
Di bawah pimpinan Hayam Wuruk serta
didampingi Gajah Mada, Majapahit berusaha melebarkan sayap, melakukan ekspansi
ke luar Jawa. Sedikit demi sedikit, Majapahit mengusai seluruh wilayah
nusantara. Seperti dipaparkan dalam kitab Negarakertagama, daerah-daerah yang
berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit meliputi Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian. Bahkan beberapa daerah
di Asia Tenggara, seperti Semenanjung Melayu dan Filipina bagian Selatan.
Sebagai kerajaan yang besar,
Majapahit memiliki sistem ketatanegaraan yang teratur. Raja Majapahit dan
keraton dianggap sebagai pusat dunia yang memiliki kekuasaan tertinggi. Raja
dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik
tertinggi.
Tahun 1364 Gajah Mada meninggal,
Kerajaan Majapahit kehilangan seorang mahapatih yang tak ada duanya. Untuk
memilih penggantinya bukan suatu pekerjaan yang mudah. Dewan Saptaprabu yang sudah
beberapa kali mengadakan sidang untuk memilih pengganti Gajah Mada akhirnya
memutuskan bahwa Patih Hamungkubhumi Gajah Mada tidak akan diganti “untuk
mengisi kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan diangkat Mpu Tandi sebagais
Wridhamantri, Mpu Nala sebagai menteri Amancanegara dan patih dami sebagai
Yuamentri. Raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389.
5. Wikramawardhana
Putri mahkota Kusumawardhani yang
naik tahta menggantikan ayahnya bersuamikan Wikramawardhana. Dalam prakteknya
Wikramawardhanalah yang menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan Bhre Wirabhumi
anak Hayam Wuruk dari selir, karena Bhre Wirabhumi (Putri Hayam Wuruk) dari
selir maka ia tidak berhak menduduki tahta kerajaan walaupun demikian ia masih
diberi kekuasaan untuk memerintah di Bagian Timur Majapahit , yaitu daerah
Blambangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi
disebut perang Paregreg.
Wikramawardhana meninggal tahun 1429, pemerintahan
raja-raja berikutnya berturut-turut adalah Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana,
Purwawisesa dan Brawijaya V, yang tidak luput ditandai perebutan kekuasaan.
II.3
Keadaan Sosial Budaya Masyarakat kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan
Hindu Jawa, tata masyarakatnya berdasarkan Hinduisme, ciri khusus penatapan
konsep Hinduisme ialah adanya pembagian anggota masyarakat ke dalam empat
golongan yang disebut warna (kasta Bali), yaitu brahmana, ksatriya, waisya dan
sudra. Pola kehidupan masyarakat Majapahit ini disebutkan dalam Negarakretagama
(sumber sejarah Majapahit yang sahih) pupuh LXXXI yang petikannya adalah
sebagai berikut: “Itulah sebabnya sang caturdwija memperhatikan laku utama,
(caturdwija adalah empat golongan pendeta). Para pendeta dari empat aliran
agama mengindahkan tutur. Para anggota caturasrama, terutama caturbasma,
melakukan tapa dan mematuhi tata-tertib, taat menjalankan upacara. Semua
anggota empat teguh memenuhi kewajibannya masing-masing. Para menteri dan para
arya menjalankan tugas pemerintahan dengan baik; golongan ksatriya, baik pria
maupun wanita, semuanya berhati teguh,bertindak sopan. Golongan waisya dan
sudra melakukan kewajibannya masing-masing. Demikian pula tiga golongan yang terbawah
yakni Candala, Mleccha dan Tuccha.”
Konsep tata-masyarakat di atas
sesuai dengan ajaran kitab undang-undangnya (Kutaramanawa) yang berbunyi “Demi
kebaikan dunia, Brahman melahirkan golongan brahmana dari mulutnya, golongan
ksatriya dari lengannya, golongan waisya dari pahanya dan golongan sudra dari
kakinya”. Untuk melindungi dunia ini Brahman yang cemerlang menetapkan
bidang-bidang kerja mereka itu masing-masing. Segenap bangsa di dunia ini, yang
tidak termasuk golongan brahmana, ksatriya, waisya dan sudra disebut Dasyu,
tidak pandang bahasa yang mereka ucapkan, apakah bahasa golongan mleccha
ataukah golongan arya.
Para pembesar agama pada jaman
Majapahit disebut dengan Dharmadhyaksa yang bergelar Dang Acarya, dalam hal ini
ada dua pembesar agama, yaitu Dharmadhyaksa Kasaiwan (pembesar agama
Hindu-Siwa) serta Dharmadhyaksa Kasogatan (pembesar agama Budha). Mereka
masing-masing dibantu oleh para pembantunya yang disebut Uppapati dengan gelar
yang sama yaitu Dang Acarya.
Selanjutnya Negarakretagama pada
pupuh ke LXXXI menguraikan bahwa Dyah Hayam Wuruk Sri Rajasanagara
berusaha keras untuk menyatukan dan mewawuhkan tiga aliran agama di wilayah
Majapahit yang disebut dengan Tripaksa (tiga sayap) yaitu agama Siwa, Budha dan
Brahma, pupuh ini juga menyebutkan bahwa para pendetanya yang disebut
caturdwija tunduk rungkup kepada ajaran tutur.
Istilah dwija dalam Hinduisme
berarti lahir dua kali, kelahiran yang pertama ialah kelahiran sebagai manusia,
kelahiran yang kedua berupa upacara pengalungan benang suci sebagai tanda bahwa
seseorang telah diterima sebagai anggota masyarakat Arya. Upacara inisiasi ini
dilakukan bagi golongan brahmana pada usia delapan tahun, bagi golongan
ksatriya pada usia sebelas tahun dan bagi golongan waisya pada usia dua belas
tahun. Hanya ketiga golongan inilah yang dikatakan lahir dua kali. Golongan
sudra hanya lahir satu kali.
Menurut Babad Tanah Jawi dan Serat
Kanda, pembawa agama Islam ke Majapahit adalah Raden Rahmat alias Sunan
Ngampel, pendatang dari Campa pada pertengahan abad empat belas untuk
mengunjungi bibinya puteri Campa yang kawin dengan raja Brawijaya (Bhre
Kertabhumi). Tarikh mangkat puteri Campa yang tercatat pada batu nisannya di
Trawulan ialah 1370 Saka (1448 M), demikianlah kedatangan Islam di Majapahit
bertarikh pertengahan abad empat belas.
II.4
Kehidupan Ekonomi Masyarakat Majapahit
Ekonomi
Majapahit sebagaimana ekonomi kebanyakan kerajaan di Jawa bertumpu pada
kegiatan pertanian, ini terlihat dari pusat kerajaan Majapahit yang juga
terletak di pedalaman. Namun jika dilihat lebih jauh Majapahit ekonomi
Majapahit juga ditopang oleh perdagangan. Kombinasi kedua unsur ekonomi ini
memberi kekuatan bagi Majapahit, yang juga menjadi sifat Jawa sebelumnya, yaitu
kekuatan demografis.
Majapahit merupakan kerajaan agraris
dan juga sebagai kerajaan maritim. Kedudukan sebagai kerajaan agraris tampak
dari letaknya di pedalaman dan dekat aliran sungai. Kedudukan sebagai kerajaan
maritim tampak dari kesanggupan angkatan laut kerajaan itu untuk menanamkan
pengaruh Majapahit di seluruh nusantara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi
Kerajaan Majapahit menitik beratkan pada bidang pertanian dan pelayaran
perdagangan.
Pertanian di Jawa sangat menjadikan
masyarakat Jawa terikat pada institusi desa yang terikat dalam jaringan yang
disebut wanua. Institusi inilah yang kemudian menggerakkan jalannya
perdagangan dengan pihak luar. Dalam hal ini perdagangan lebih didominasi oleh
perdagangan hasil pertanian pokok.
Pertanian Jawa sejak sebelum Majapahit
sangat kuat. Ini terlihat dari dibuatnya Borobudur beberapa abad sebelumnya
yang mengindikasikan pertanian Jawa dapat mencukupi pekerjaan missal tersebut.
Selain itu pada masa Majapahit di Jawa juga terdapat beberapa candi yang
dibangun. Kekuatan demografi ini juga mendukung kebijakan ekspansi yang
dilakukan oleh Majapahit.
Kekuatan demografis ini terlihat sangat
besar jika kita membandingkan Jawa pada masa Majapahit dengan luar Jawa.
Semananjung Malaya pada abad 14 memiliki penduduk sebanyak 200 ribu saja,
seukuran kota kecil masa kini, sedangkan Jawa pada saat yang sama memiliki
penduduk sebanyak 3 juta orang.
Udara di Jawa panas sepanjang tahun.
Panen padi terjadi dua kali dalam setahun, butir berasnya amat halus. Terdapat
pula wijen putih, kacang hijau, rempah-rempah dan lain-lain, kecualai gandum.
Buah-buahan banyak jenisnya, antara lain pisang, kelapa, delima, pepaya,
durian, manggis, langsat dan semangka. Sayur mayur berlimpah macamnya. Jenis
binatang juga banyak, antara lain burung beo, ayam mutiara (kalkun), burung
nilam, merak, pipit, kelelawar dan hewan ternak seperti sapi, kambing, kuda,
babi, ayam dan bebek, serta hewan langka monyet putih dan rusa putih.
Untuk membantu pengairan pertanian
yang teratur, pemerintah Majapahit membangun dua buah bendungan, yaitu
Bendungan Jiwu untuk persawahan daerah Kalamasa dan Bendungan Trailokyapuri
untuk mengairi daerah hilir.
Majapahit memiliki mata uang
tersendiri yang bernama gobog, uang logam yang terbuat dari campuran perak,
timah hitam, timah putih, dan tembaga. Bentuknya koin dengan lubang di
tengahnya. Dalam transaksi perdagangan, selain menggunakan mata uang gobog,
penduduk Majapahit juga menggunakan uang kepeng dari berbagai dinasti. Menurut
catatan Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu
ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya
adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi.
Ukuran timbangan disebut sekati, sama dengan 20 tahil; setahil sama dengan 16
qian; 1 qian sama dengan 4 kubana.
Selain itu, catatan Odorico da
Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang pernah mengunjungi Jawa,
menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan
permata.
II.5 Runtuhnya Kerajaan Majapahit
Sesudah
mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur
melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa
kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri
mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri,Pangeran
Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya
Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut
Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi
melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana,
semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara
ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Pada kurun pemerintahan
Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh
laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali
antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini
telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan
pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun
mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.
Wikramawardhana memerintah hingga
tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada
tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang
selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan
dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun
1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar
Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD.
Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta.
Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat
pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran
Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya
sebagai raja Majapahit.
Ketika Majapahit didirikan, pedagang
Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad
ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai
berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang
berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat
Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak
kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad
ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera.
Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya
di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
Singhawikramawardhana memindahkan
ibu kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan
Kediri) dan terus memerintah disana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya
pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan
kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu
1474 hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan
Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya
kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan
Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya
abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu
pemerintahan) hingga tahun 1527.
Dalam tradisi Jawa ada sebuah
kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi.
Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai
0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna
hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh
candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit,
oleh Girindrawardhana.
Menurut prasasti Jiyu dan Petak,
Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu
kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan
Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi. Peperangan
ini dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta,
dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini
kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat
selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang
dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam pada awal abad
ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit. Demak dibawah pemerintahan
Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan
Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah
karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.
Catatan sejarah dari Tiongkok,
Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah
terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan
Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.
Demak memastikan posisinya sebagai
kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah
Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih
bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Sesudah
Singasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290
Singasari menjadi kerajaan paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi
perhatian Kubilai Khan penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan
yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara penguasa
kerajaan Singasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan
utusan tersebut dengan merusak wajah dan memotong telinganya. Kublai Khan marah
dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di
bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat
Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger
hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara
geografis letak kerajaan Majapahit sangat strategis karena adanya di daerah
lembah sungai yang luas, yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo, serta anak
sungainya yang dapat dilayari sampai ke hulu.
Kerajaan Majapahit Didirikan tahun
1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana yang merupakan
keturunan Ken Arok raja Singosari.
Tanggal yang digunakan sebagai
tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai
raja yaitu tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi
Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang
terpercaya Kertarajasa termasuk Ranggalawe Sora dan Nambi memberontak melawan
meskipun pemberontakan tersebut tak berhasil.
Majapahit merupakan kerajaan agraris
dan juga sebagai kerajaan maritim. Kedudukan sebagai kerajaan agraris tampak
dari letaknya di pedalaman dan dekat aliran sungai. Kedudukan sebagai kerajaan
maritim tampak dari kesanggupan angkatan laut kerajaan itu untuk menanamkan
pengaruh Majapahit di seluruh nusantara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi kerajaan
Majapahit menitik beratkan pada bidang pertanian dan pelayaran perdagangan.
Sesudah mencapai puncaknya pada abad
ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam
Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik
perebutan takhta.