DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
..................................................................
1. Latar
Belakang
..................................................................
2. Permasalahan ..................................................................
II.
PEMBAHASAN
..................................................................
1. Berdirinya
Kerajaan Kediri
...............................................
2. Sumber-sumber
sejarah.......................................................
3. Raja-raja
Kediri...................................................................
4. Keadaan
Masyarakat ...........................................................
5. Faktor
penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri.......................
III.
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Setelah membahas beberapa kerajaan besar
di Nusantara pada makalah-makalah sebelumnya, disini juga akan membahas tentang
Kerajaan Kadiri (Kediri). Kerajaan Kediri memiliki Peradaban kebudayaan yang
tinggi bahkan pada masa Kerajaan Kediri sudah menghasilkan beberapa karya
sastra. Seperti cerita khakawin Barata-Yudha yang di terjemahkan dari kitab
Bharata-Yudha ke bahasa jawa kuno, dan dengan cerita yang agak berbeda dari
cerita-cerita sebelumnya yaitu menceritakan tentang perang saudara antara
Panjalu dan Janggala.
Dalam bidang spiritual di kerajaan Kediri juga sangat
maju (Pigeaud, 1924:67). Tempat ibadah dibangun di mana-mana. Para guru kebatinan
mendapat tempat yang terhormat. Bahkan Sang Prabu sendiri kerap melakukan
tirakat, tapa brata dan semedi. Beliau suka bermeditasi di tengah hutan yang
sepi. Laku prihatin dengan cegah dhahar lawan guling, mengurangi makan tidur.
Hal ini menjadi aktifitas ritual sehari-hari.
Keterangan Kerajaan Kediri diperoleh
dari berbagai sumber seperti prasati-prasati yang telah ditemukan.selain
prasasti ada juga arca-arca yang telah diketemukan. Walaupun ada beberapa
pernyataan tentang kediri belum berdasarkan bukti namun sumber-sumber yang ada
sudah cukup membuktikan adanya kerajaan kediri yang awalnya memiliki sejarah
yang cukup rumit.
2.
Permasalahan
1. Kapan
berdirinya Kerajaan Kediri?
2. Sumber-sumber
sejarah?
3. Siapa
saja yang pernah menjadi raja-raja di Kerajaan Kediri?
4. Bagaimana
Keadaan Masyarakatnya?
5. Faktor-faktor
runtuhnya kerajaan Kediri?
II
PEMBAHASAN
1. Berdirinya Kerajaan Kediri
Sejarah Awal
Pendiri Kerajaan Kahuripan adalah Airlangga atau sering pula disingkat
Erlangga, yang memerintah tahun 1009-1042, dengan gelar abhiseka Sri Maharaja
Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Nama Airlangga
berarti air yang melompat. Ia lahir tahun 990. Ibunya bernama Mahendradatta,
seorang putri Wangsa Isyana dari Kerajaan Medang. Ayahnya bernama Udayana, raja
Kerajaan Bedahulu, Bali dari Wangsa Warmadewa. Airlangga memiliki dua orang
adik, yaitu Marakata (menjadi raja Bali sepeninggal ayah mereka) dan Anak
Wungsu (naik takhta sepeninggal Marakata).
Menurut Prasasti Pucangan, pada tahun 1006 Airlangga menikah
dengan putri pamannya yaitu Dharmawangsa (saudara Mahendradatta) di Watan,
ibu kota Kerajaan Medang. Tiba-tiba
kota Watan diserbu Raja Wurawari dari Lwaram, yang merupakan sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam serangan itu, Dharmawangsa tewas, sedangkan
Airlangga lolos ke hutan pegunungan (wanagiri) ditemani pembantunya yang
bernama Mpu Narotama. Saat itu ia berusia 16 tahun, dan mulai menjalani hidup
sebagai pertapa. Salah satu bukti petilasan Airlangga sewaktu dalam pelarian
dapat dijumpai di Sendang Made, Kudu, Jombang, Jawa Timur.
Nama kerajaan yang didirikan
Airlangga pada umumnya lazim disebut Kerajaan Kahuripan. Padahal sesungguhnya, Kahuripan
hanyalah salah satu nama ibukota kerajaan yang pernah dipimpin Airlangga.
Setelah tiga tahun hidup di hutan, Airlangga didatangi utusan rakyat yang
memintanya supaya membangun kembali Kerajaan Medang. Mengingat kota Watan sudah
hancur, Airlangga pun membangun ibukota baru bernama Watan Mas di dekat Gunung Penanggungan. Nama kota ini tercatat dalam Prasasti Cane (1021).
Menurut Prasasti Terep (1032), Watan Mas kemudian direbut
musuh, sehingga Airlangga melarikan diri ke desa Patakan. Berdasarkan prasasti
Kamalagyan (1037), ibu kota kerajaan sudah pindah ke Kahuripan (daerah
Sidoarjo sekarang).
Menurut Prasasti Pamwatan (1042), pusat kerajaan kemudian
pindah ke Daha (daerah Kediri sekarang). Berita ini sesuai dengan naskah Serat Calon Arang yang
menyebut Airlangga sebagai raja Daha. Bahkan, Nagarakretagama juga menyebut
Airlangga sebagai raja Panjalu
yang berpusat di Daha.
Ketika Airlangga naik takhta tahun
1009, wilayah kerajaannya hanya meliputi daerah Sidoarjo dan Pasuruan saja,
karena sepeninggal Dharmawangsa, banyak daerah bawahan yang melepaskan diri.
Mula-mula yang dilakukan Airlangga adalah menyusun kekuatan untuk menegakkan
kembali kekuasaan Wangsa Isyana atas pulau
Jawa.
Pada tahun 1023 Kerajaan Sriwijaya
yang merupakan musuh besar Wangsa Isyana dikalahkan Rajendra Coladewa, Raja Colamandala dari India. Hal ini membuat Airlangga merasa
lebih leluasa mempersiapkan diri menaklukkan pulau Jawa. Penguasa pertama yang
dikalahkan oleh Airlangga adalah Raja Hasin. Pada tahun 1030 Airlangga
mengalahkan Wisnuprabhawa Raja Wuratan, Wijayawarma Raja Wengker, kemudian
Panuda Raja Lewa.
Pada tahun 1031 putera Panuda
mencoba membalas dendam namun dapat dikalahkan oleh Airlangga. Ibu kota Lewa
dihancurkan pula.
Pada tahun 1032 seorang raja wanita
dari daerah Tulungagung sekarang berhasil mengalahkan Airlangga. Istana Watan
Mas dihancurkannya. Airlangga terpaksa melarikan diri ke Desa Patakan ditemani
Mapanji Tumanggala. Airlangga membangun ibu kota baru di Kahuripan. Raja wanita
itu akhirnya dapat dikalahkannya. Dalam tahun 1032 itu pula Airlangga dan Mpu
Narotama mengalahkan Raja Wurawari, membalaskan dendam Wangsa Isyana. Terakhir,
pada tahun 1035 Airlangga menumpas pemberontakan Wijayawarma Raja Wengker yang
pernah ditaklukannya dulu. Wijayawarma melarikan diri dari kota Tapa namun
kemudian mati dibunuh rakyatnya sendiri.
Setelah keadaan aman, Airlangga
mulai mengadakan pembangunan-pembangunan demi kesejahteraan rakyatnya.
Pembangunan yang dicatat dalam prasasti-prasasti peninggalannya antara lain.
- Membangun Sri Wijaya Asrama tahun 1036.
- Membangun Bendungan Waringin Sapta tahun 1037 untuk
mencegah banjir musiman.
- Memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh, yang letaknya
di muara Kali Brantas, dekat Surabaya sekarang.
- Membangun jalan-jalan yang menghubungkan daerah
pesisir ke pusat kerajaan.
- Meresmikan pertapaan Gunung Pucangan tahun 1041.
- Memindahkan ibukota dari Kahuripan ke Daha.
Airlangga juga menaruh perhatian
terhadap seni sastra. Tahun 1035 Mpu Kanwa menulis Arjuna Wiwaha yang
diadaptasi dari epik Mahabharata. Kitab
tersebut menceritakan perjuangan Arjuna mengalahkan Niwatakawaca, sebagai
kiasan Airlangga mengalahkan Wurawari.
Pada tahun 1042 Airlangga turun
takhta menjadi pendeta. Menurut Serat Calon Arang ia kemudian bergelar Resi
Erlangga Jatiningrat, sedangkan menurut Babad Tanah Jawi ia bergelar Resi
Gentayu. Namun yang paling dapat dipercaya adalah prasasti Gandhakuti (1042)
yang menyebut gelar kependetaan Airlangga adalah Resi Aji Paduka Mpungku Sang
Pinaka Catraning Bhuwana. Menurut cerita rakyat, putri mahkota Airlangga
menolak menjadi raja dan memilih hidup sebagai pertapa bernama Dewi Kili Suci.
Nama asli putri tersebut dalam prasasti Cane (1021) sampai Prasasti Turun Hyang (1035)
adalah Sanggramawijaya Tunggadewi.
Menurut Serat Calon Arang, Airlangga
kemudian bingung memilih pengganti karena kedua putranya bersaing memperebutkan
takhta. Mengingat dirinya juga putra raja Bali, maka ia pun berniat menempatkan
salah satu putranya di pulau itu. Gurunya yang bernama Mpu Bharada berangkat ke
Bali mengajukan niat tersebut namun mengalami kegagalan.
Fakta sejarah menunjukkan Udayana
digantikan putra keduanya yang bernama Marakata sebagai Raja Bali, dan Marakata
kemudian digantikan adik yang lain yaitu Anak Wungsu.
Airlangga terpaksa membagi dua
wilayah kerajaannya. Mpu Bharada ditugasi menetapkan perbatasan antara bagian
barat dan timur. Peristiwa pembelahan ini tercatat dalam Serat Calon Arang,
Nagarakretagama, dan Prasasti Turun Hyang II. Maka
terciptalah dua kerajaan baru. Kerajaan barat disebut Panjalu atau Kadiri
berpusat di kota baru, yaitu Daha, diperintah oleh Sri Samarawijaya. Sedangkan
kerajaan timur bernama Janggala berpusat di
kota lama, yaitu Kahuripan, diperintah oleh Mapanji Garasakan.
Dalam prasasti Pamwatan, 20 November
1042, Airlangga masih bergelar Maharaja, sedangkan dalam Prasasti Gandhakuti, 24 November 1042, ia sudah
bergelar Resi Aji Paduka Mpungku. Dengan demikian, peristiwa pembelahan
kerajaan diperkirakan terjadi di antara kedua tanggal tersebut. Tidak diketahui
dengan pasti kapan Airlangga meninggal. Prasasti Sumengka (1059) peninggalan Kerajaan
Janggala hanya menyebutkan, Resi Aji Paduka Mpungku dimakamkan di tirtha
atau pemandian.
Kolam pemandian yang paling sesuai
dengan berita prasasti Sumengka adalah Candi Belahan di lereng Gunung Penanggungan. Pada
kolam tersebut ditemukan arca Wisnu disertai dua dewi. Berdasarkan Prasasti Pucangan (1041) diketahui Airlangga adalah
penganut Hindu Wisnu yang taat. Maka, ketiga patung tersebut dapat diperkirakan
sebagai lambang Airlangga dengan dua istrinya, yaitu ibu Sri Samarawijaya dan
ibu Mapanji Garasakan. Pada Candi Belahan ditemukan angka tahun 1049. Tidak
diketahui dengan pasti apakah tahun itu adalah tahun kematian Airlangga,
ataukah tahun pembangunan candi pemandian tersebut.
Maharaja Jayabhaya adalah Raja
Kadiri yang memerintah sekitar tahun 1135-1157. Nama gelar lengkapnya adalah
Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita
Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Pemerintahan Jayabhaya dianggap sebagai
masa kejayaan Kadiri. Peninggalan sejarahnya berupa prasasti Hantang (1135),
prasasti Talan (1136), dan prasasti Jepun (1144), serta Kakawin Bharatayuddha
(1157).
Pada prasasti Hantang, atau biasa
juga disebut prasasti Ngantang, terdapat semboyan Panjalu Jayati, yang artinya Kadiri menang. Prasasti ini
dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah untuk penduduk desa Ngantang
yang setia pada Kadiri selama perang melawan Janggala. Dari prasasti tersebut
dapat diketahui kalau Jayabhaya adalah raja yang berhasil mengalahkan Janggala
dan mempersatukannya kembali dengan Kadiri. Kemenangan Jayabhaya atas Janggala
ini disimbolkan sebagai kemenangan Pandawa atas Korawa dalam kakawin
Bharatayuddha yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh tahun 1157.
Kerajaan Kadiri atau Kerajaan Panjalu adalah
Kerajaan yang terletak di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini
berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang. Pada
tahun 1042, Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan
menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan
oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan
tersebut dikenal dengan sebutan Jenggala dan Panjalu, yang dibatasi oleh gunung
Kawi dan sungai Brantas. Tujuan pembagian kerajaan
menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian diantara kedua putranya. Pembagian
Kerajaan Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) dikisahkan
dalam prasasti Mahaksubya (1289M), kitab Negarakertagama
(1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M).
Begitu
Raja Airlangga wafat, terjadilah peperangan antara kedua bersaudara tersebut.
Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan
(1042 – 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan
Airlangga, yaitu Garuda Mukha
2. Sumber-Sumber
Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Kediri berasal
dari beberapa prasasti dan berita asing sebagai berikut.
Prasasti
·
Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang
memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Raja Jayawarsa.
·
Prasasti yang ditemukan di Tulungagung
dan Kertosono berisi masalah keagamaan, diperkirakan berasal dari Raja
Bameswara (1117-1130 M).
·
Prasasti Ngantang (1135 M), yang
menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan hadiah kepada rakyat Desa
Ngantang sebidang tanah yang bebas dari pajak.
·
Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja
Gandra yang memuat tentang sejumlah nama-nama hewan seperti Kebo Waruga dan
Tikus finada.
·
Prasasti Kamulan (1194 M), yang
menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Kertajaya, Kerajaan Kediri telah
berhasil mengalahkan musuh yang telah memusuhi istana di Katang-katang.
Berita
Asing
Berita asing tentang
Kerajaan Kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita Cina ini
merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan
perdagangan di Kerajaan Kediri. Seperti Kronik Cina bernama Chu fan Chi
karangan Chu ju kua (1220 M). Buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling
wai tai ta (1778 M) karangan Chu ik fei. Kedua buku ini menerangkan keadaan
Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan ke-13M.
Masa kejayaan Kediri dapat dikatakan
jelas, terbukti dengan ditemukannya silsilah raja-raja yang pernah memerintah
kerajaan Kediri. Disamping itu, ditemukannya prasasti-prasasti dari raja-raja
yang pernah memeritah. Raja-raja itu diantaranya sebagai berikut.
·
Raja Sri
Jayawarsa
Hanya dapat diketahui dari prasasti
Sirah Keting (1104 M). Pada masa pemerintahannya Raja Jayawarsa memberikan
hadiah kepada rakyatdesa sebagai tanda penghargaan, karena rakyat telah berjasa
kepada Raja. Dari prasasti itu diketahui Raja Jayawarsa sangat besar
perhatiannya kepada masyarakat (rakyat) dan berupaya meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya.
·
Raja
Bameswara (1117M)
Banyak meninggalkan Prasasti seperti
yang ditemukan didaerah Tulung Agung dan Kertosono. Prasasti seperti yang
ditemukan itu lebih banyak memuat masalah-masalah keagamaan sehigga sangat baik
diketahui keadaan pemerintahannya.
·
Raja
Jayabaya (1135-1157M)
Kerajaan Kediri mengalami masa
keemasan ketika diperintah oleh Prabu Jayabaya. Sukses gemilang Kerajaan kediri
didukung oleh tampilnya cendekiawan terkemuka Empu Sedah, Panuluh, Darmaja,
Triguna dan Manoguna. Mereka adalah jalma sulaksana, manusia paripurna yang
telah memperoleh derajat oboring jagad raya. Di bawah kepemimpinan Prabu
Jayabaya, Kerajaan kediri mencapai puncak peradaban terbukti dengan lahirnya
kitab-kitab hukum dan kenegaraan sebagaimana terhimpun dalam kakawin
Baratayuda, Gathutkacasraya, dan Hariwangsa yang hingga kini merupakan warisan
ruhani bermutu tinggi.
Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya
dalam memakmurkan rakyatnya memang sangat mengagumkan (Gonda, 1925 : 111).
Kerajaan yang beribukota di Dahono Puro bawah kaki Gunung Kelud ini tanahnya
amat subur, sehingga segala macam tanaman tumbuh menghijau. Pertanian dan
perkebunan hasilnya berlimpah ruah. Di tengah kota membelah aliran sungai
Brantas. Airnya bening dan banyak hidup aneka ragam ikan, sehingga makanan
berprotein dan bergizi selalu tercukupi. Hasil bumi itu kemudian diangkut ke
kota Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik perahu menelusuri sungai. Roda
perekonomian berjalan lancar sehingga kerajaan Kediri benar-benar dapat disebut
sebagai negara yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem karta raharja.
Prabu Jayabaya memerintah antara
1130 – 1157 M. Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dalam hal
hukum dan pemerintahan tidak tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya
yang jauh ke depan menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang sepanjang masa.
Kalau rakyat kecil hingga saat ini ingat pada beliau, hal itu menunjukkan bahwa
pada masanya berkuasa tindakannya selalu bijaksana dan adil terhadap rakyatnya.
Di samping sebagai raja
besar. Raja Jayabaya juga terkenal sebagai ahli nujum atau ahli ramal.
Ramalan-ramalannya dikumpulkan dalam sebuah kitab Jongko Joyoboyo.Dalam ramalannya,
Raja Jayabaya menyebutkan beberapa hal seperti ratu adil yang akan datang
memerintah Indonesia.
·
Raja
Sri Saweswara (berdasarkan prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan
(1161)) dan Raja Sri Aryeswara (berdasarkan prasasti Angin (1171))
Masa pemerintahan kedua
raja ini tidak dapat diketahui,
karena tidak ditemukan prasasti-prasasti yang menyinggung masalah pemerintahan
dari kedua raja tersebut.
·
Raja
Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja
Gandra (1181 M) dapat diketahui dari Prasasti Jaring, yaitu tentang penggunaan
nama hewan dalam kepangkatan seperti nama gajah, kebo dan tikus. Nama-nama
tersebut menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam istana.
Pada masa pemerintahan
Raja Kameswara (1182-1185 M), seni sastra mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Di antaranya Empu Dharmaja mengarang Smaradhana. Bahkan pada masa
pernerintahannya juga dikenal cerita-cerita panji seperti cerita Panji
Semirang.
- Raja Sri Kertajaya (1190-1222 M) ( berdasarkan prasasti
Galunggung (1194), Prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah (1197),
prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton.)
Merupakan raja terakhir
dari Kerajaan Kediri. Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan Dandang
Gendis. Selama masa pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini
disebabkan Raja Kertajaya mempunyai maksud mengurangi hak-hak kaum Brahmana.
Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana di Kerajaan
Kediri semakin tidak aman.
Kaum Brahmana banyak
yang lari dan minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini. Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan pasukan untuk
menyerang Tumapel. Sementara itu. Ken Arok dengan dukungan kaum Brahmana melakukan
serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter (1222
M). Dalam pertempuran itu pasukan dari Kediri berhasil dihancurkan. Raja
Kertajaya berhasil meloloskan diri (namun nasibnya tidak diketahui secara
pasti). Kekuasaan Kerajaan Kediri berakhir dan menjadi daerah bawahan Kerajaan
Tumapel.
1. Keadaan Masyarakat
a.
Struktur Pemerintahan
Masa perkembangan kerajaan Kediri hanya
kira-kira satu abad. Dalam erubahan yang terjadi, terutama dibidang
struktur pemerintahan. Ini terbukti dari
prasasti-prasasti masa Kediri yang masih menyebut jabatan-jabatan yang sudah
dikenal pada periode sebelumnya, misalnya rakyan
mahamantri i hino sebagai “orang kedua” sesudah raja.
Namun ada pula keterangan baru,
yaitu penyebutan Panglima Angkatan Laut (Senopati Sarwaja) dalam prasasti
Jaring. Meskipun tidak berarti pada masa sebelumnya tidak ada angkatan laut,
penyebut tersebut tentunya mepunyai makna khusus. Barang kali pada masa Kediri
ini peran angkatan lautan makin besar tidak saja sebagai penjaga keamanan
negara, tetapi juga mengamankan perdagangan inter-insuler maupu internasional.
Satu hal yang perlu dicatat adaalah
adanya aspek demokrasi yang memungkinkan rakyat mengajukan permohonan kepada
raja. Meskipun hal-hal seperti ini juga sudah dikenal pada masa sebelumnya,
sebagian besar prasasti Kediri permohonan rakyat kepada raja agar anugrah yang
sudah diterima dari raja sebelumnya
dikukuhkan dalam prasasti batu, dan ditambah lagi dengan anugrah raja
yang sedang memerintah. Permohonan kepada raja ini disampaikan kepada salah
satu pejabat. Pada umumnya permohonan ii dikabulkan oleh raja mengingat rakyat
yang memohon tersebut sudah pernah berjasa kepada raja atau menunjukkan
kesetiaan terhadap raja.
Hal ini juga penting adanya samya haji atau bawahan raja penguasa
daerah dalam struktur kerajaan kediri. Meskipun sudah dikenal sejak periode
sebelum kediri, tampaknya samya haji pada masa kediri cukup besar perannya
dalam pemerintahan pusat kerajaan, sepertinya yang disebutkan dalam prasasti
Banjaran, samya Haji diBanjaran mendorong raja janggala terusiruntuk merebut
kembali tahtanya. Kemudian dengan bantuan samya haji di Banjaran dan rakyatnya
raja Janggala terusir untuk merebut kembali tahtanya. Kemudian dengan bantuan
Samya Haji di Banjaran dan rakyatnya raja Janggala berhasil kembali memperoleh
tahtanya.
b.
Agama
Corak agama masa kediri dapat
disimpulkan dari peninggalan-peninggalan arkeologi yang ditemukan di wilayah
kediri. Candi Gurah dan candi todo Wongso menunjukkan latar belakang agama
Hindu, khususnya Siwa, berdasarkan jenis-jenis arcanya. Petirtaan Kepung
kemungkinan besar juga bersifat Hindu karena tidak tampaknya unsur-unsur
Budhisme pada bangunan tersebut.
Beberapa prasasti menyebutkan nama abhiseka raja yang berarti penjelmaan
Wisnu. Akan tetapi, hal ini tidak langsung membuktikan bahwa wisnuisme
berkembang pada saat itu. Karena landasan filosofis yang dikenal di Jawa pada
masa itu selalu menganggap raja saa dengan dewa Wisnu dalam hal sebagai
pelindung rakyat dan dunia atau kerajaan.
Secara umum bahwa agama Hindu,
khususnya pemujaan kepada Siwa, mendominasi perkembangan agama pada masa
kediri. Hal ini tercermin dari temuan prasasti, arca-arca, maupun karya-karya
sastra Jawa Kuno yang berasal dari masa
ini.
c.
Kesenian
Perubahan bidang kesenian dari zaman
kediri dibatasi pada seni arsitektur saja. Dahulu orang selalu memperetanyakan
mengapa masa kediri tidak menghasilkan candi-candi seperti periode sebelumnya
atau sesudahnya, ternyata temuan kemudian satu demi satu.
Profil candi Gurah yang masih
tersisa, mempunyai pelipit sisi genta pada kaki candi perwara dan candi
induknya mempunyai makara pada ujung bawah tangga. Ciri-ciri ini menunjukkan
gaya seni jawa tengah (abad VII – X M). Akan tetapi, arca-arca yang sangat
indah meunjukkan gaya seni Singasari (abad XIII M). Pwrbedaan gaya seni ini
belum dapat dijelaskan secara memuaskan. Meskipun ada tanda-tanda bahwa candi
Gurah pernah dibangun kembali (diperbesar), tampaknya arca-arca tidak berasal
dari tahapan kemudian apalagi arca-arca yang lebih tua tidak pernah ditemukan.
Dari sumuran candi ditemukan bata
berinskripsi yang tulisannya dari segi paleografi beasal dari abad XI-XII M.
Inskripsi singkat ini dapat dipakai sebagai patokan untu menentukan pertanggalan
dan araca gurah. Soejmono menyebut candi Gurah ini sebagai mata Rantai yang
berada diantara seni Jwa Tengah dan Jawa timur.
Seperti candi Gurah, Cadi kepung dan
tando wongso juga meliliki ciri yang sama, yaitu pelipit sisi genta di candi
Kepug dan arca-arca Tondo Woso yang mirip arca Gurah. Diperlukan ketiga candi ini berasal dari masa kediri
abad ke XI-XII M.
d.
Kesusastraaan
Masa kediri disebut masa keemasan
pada zaman Jawa Kuno, karena dari masa ini di hasilkan karya-karya sastra
terutama dalam bentuk kakawin, yag sangat penting dan bermutu tinggi
Dari masa kediri kita kenal beberapa
orang pujangga dengan karya sastranya. Mereka itu adalah Pu sedah dan Pu
Panuluh yang bersama-sama mengubah kitab Bhatarayudha dalam masa pemerintahan
raja Jaya Bhaya, Pu Panuluh yang bersama-sma mengubah Kitab Ghatotkacasraya
didalam masa pemerintahan Raja Jaya Karta. Pu Dharmaja mengubah kitab
Samaradahana dalam masa pemerintahan raja kameswara, Pu Monaguna mengubah kitab
Sumanasantaka dan Pu Triguna mengubah kitab Krisnayana, kedua-duanya dalam masa
pemerintahan Sri warsa krisnayana. Masih ada lagi sebuah kitab yang berdasarkan
pertimbangan kebahasaan, gaya dan penggarapan pokok ceritanya. Sekalipun kurang
meyakinkan digolongkan kedalam karya satra dari zaman keidiri yaitu kitab
bamontaka.
Dalam kitab sumasantaka dijumpai
keterangan penting, menyangkut tradisi yang berkenaan dengan Pitra Yajna
(upacara untuk orang tua). Tradisi tersebut pembuatan arca bagi raja widarba
dan permaisurinya sesudah meninggal, kedua diarcakan sebagai ardhanariswara,
arca ini ditempatkan disebuah candi dihalaman keraton. Tradisi ini belum
dikenal pada masa Jawa Tengah (abad VIII-X M).
Sayangnya karya sastra masa kediri
ini masih banyak perlu penelitian lagi karena sebagaian belum ditranskipsi dan
diterjemahkan.
e.
Ekonomi
Catatan para pedagang cina yang
mengumpulkan menjadi kronik-kronik kerajaan, dengan jelas menyebutkan tentang
kehidupan rakyat kediri dalam bidang perekonomian seperti pertanian dan
perdagangan.
Untuk pertanian rakyat di kerajaan
kediri ini banyak yang menghasilkan beras, dan untuk perdagangan antara lain
yang laku dipasaran pada masa itu adalah emas, perak, daging, kayu cendana,
pinang dan lain-lain.
Pajak yang dihasilkan berupa hasil
bumi, telah mengenal sistem pertukaran dengan uang emas atau perak. Letak
kediri juga sangat strategis karena diantara Indonesia timur dan Indonesia
Barat.
f.
Sosial
Pada masa kejayaan Kediri, perhatian raja terhadap
rakyatnya bertambah besar. Hal ini dibuktikan dengan munclnya kitab-kitab atau
karangan yang mencerminkan kehidupan sosial masyarakat pada masa itu. Seperti
kitab Lubdhaka yang mengandung pelajaran moral bahwa tinggi rendahnya martabat
seseorang tidak ditentukan oleh berdasarkan asal dan kedudukan, melainkan
berdasarkan tingkah lakunya. Raja turut serta dalam perlindungan terhadap
hak-hak rakyat, sikap memberi perlindungan ini merupakan suatu alat yang efektif
untuk melihat perkembangan kehidupan sosial masyarakart kediri.
Tercatat dalam kronik-kronik Cina, bahwa:
·
Rakyat kediri pada umumnya telah memiliki tempat
tinggal yang baik
·
Hukuman yang dilaksanakan ada dua macam, yaitu hukuman
denda dan hukuman mati (khusus bagi pencuri dan perampok)
·
Kalau sakit rakyat tidak mencari obat tetapi cukup
memuja para dewa
·
Pakaian cukup rapi
·
Kalau raja berpergian dikawal oleh pasukan berkuda dan
pasukan darat
·
Martabat seserang tidak dilihat pada statusnya tetapi
pada kelakuannya.
2.
Faktor Penyebab
Runtuhnya Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya, dan
dikisahkan dalam Pararaton dan Nagarakretagama. Pada tahun 1222 Kertajaya sedang
berselisih melawan kaum brahmana, perselisihan ini terjadi karena Raja Kertajaya
memerintahakan kaum brahmana untuk menyembah dia sebagai raja, namun para kaum
Brahmana menolak yang kemudian meminta perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga
bercita-cita memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri. Perang antara
Kadiri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter. Pasukan Ken Arok
berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya.
Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian
menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah
dibawah kekuasaan Singhasari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati Kadiri. Tahun 1258
Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaitu Jayakatwang.
Jayakatwang memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya
dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang
membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan satu tahun dikarenakan
serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu
Kertanegara, Raden Wijaya.
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Air
langga adalah putera Raja Bali bernama Udaya yang menikah dengan Mahendradatta
saudari raja Dharmawangsa. Air Langga dinikahkan oleh Dharmawangsa. Pada waktu
pesta pernikahan, secara tiba-tiba datang serangan dari kerajaan Wura Wuri
(kerajaan bawahan Sriwijaya) yang menewaskan Dhramawangsa dan keluarga Ketika
terjadi peristiwa tersebut, Air Langga lolos dari pembunuhan. Atas bantuan
Narattoma berhasil melarikan diri ke hutan. Selama di pengasingan, Air Langga
mendapat gemblengan dari para Brahmana dan dinobatan menjadi raja. Akhir Langga
berusaha memulihkan kewibawaan Kerajaan Medang. Secara berturut-turut Air
Langga berhasil menaklukan raja-raja bawahan (vassal) Sriwijaya seperti
Bisaprabhawa ditaklukan tahun 1029 M, raja Wijayawarman dari Wengker tahun
1034, Raja Adhamapanuda tahun 1031 M termasuk Wura Wuri tahun 1035. Setelah
berhasil memulihkan kewibawaan kerajaan, Air Langga memindahkan ibukota
kerajaan Medang ke Kahuripan.
Usaha yang dilakukan Air Langga dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Medang, antara lain :
1. Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, di muara
Kali Brantas.
2. Membangun waduk waringin sapta untuk mencegah
banjir musiman
3. Membangun jalan-jalan yang menghubungkan
pesisir ke pusat kerajaan
Pelabuhan
Hujung Galuh dan Tuban menjadi bender dagang yang ramai. Kapal-kapal dari
India, Birma, Kamboja dan Champa berkunjung kedua tempat itu. Usaha-usaha yang
dilakukan Air Langga, telah mendorong Kerajaan Medang Kamulan kepuncak kejayaan
dan kemakmuran. Atas keberhasilan raja Air Langga tersebut dalam membangun
kerajaan maka pengalaman hidupnya dikisahkan dalam sebuah kitab bernama Arjuna
wiwaha yang digubah oleh Mpu Kanwa. Selain usaha dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat, Air Langga pun sangat memperhatikan para Brahmana yang
telah menggembleng ketika di hutan Bentuk perhatian Air Langga terhadap para
Brahmana adalah dengan mendirikan bangunan suci di daerah Peucangan.
Di penghujung akhir hayatnya, Air Langga memutuskan mundur dari kerajaan dan
menjadi memutuskan untuk menjadi pertapa dengan sebutan resi Gentayu.
Air Langga meninggal pada tahun 1049 M. Jenazahnya disemayamkan di lereng
gunung Pananggungan dalam candi Belahan.
Pewaris tahta
kerajaan seharusnya seorang puteri (sri Sanggramawijaya) yang lahir dari
permaisuri. Namun karena ia memilih menjadi pertapa, maka tahta beralih pada
putera Air Langga yang lahir dari Selir. Untuk menghindari dari perang saudara,
Air Langga membagi dua kerajaan. Pembagian dibantu oleh Mpu Bharada, yaitu
Jenggala dan Panjalu. Batas kedua kerajaan dibatasi oleh sungai Brantas. Maka
dengan demikian berakhirlah kerajaan Medang Kamulan sekaligus Dinasti
Isyana
2.
Saran
·
Sebetulnya terbentuknya kerajaan Kediri
ini, dapat kita telusuri dari sejarah kerajaan Medang Kamulan yaitu merupakan
Kerajaan lanjutan dari Mataram Lama di Jawa Tengah. Letak Kerajaan berada di
wilayah Jawa Timur. Kerajaan Medang menjadi Kerajaan tersendiri sejak Mpu
sindok membentuk Dinasti Baru yaitu Isyana.
·
Menurut Ir. Soekarno beliau berkata
“JASMERAH” Jangan Lupakan Sejarah, Maka kita sebagai penerima warisan (sejarah)
hendaknya kita lebih giat lagi mencari pengetahuan mengenai sejarah-sejarah
masa lampau. Contoh kecil adalah mencari peristiwa apa saja yang terjadi
sebelum Proklamasi Indonesia. Dengan demikian kita akan bisa menambah rasa
patriotisme (cinta tanah air) yang sebagi pemuda-pemudi bangsa sangat penting
memiliki jiwa cinta tanah air, guna membangun Bangsa yang lebih baik lagi.
Daftar
Pustaka
·
Ten dam, H.A,
“Verkenningen Rondom Pejajaran”, Indonesie. 10 (4), 19 halaman 290-310.
·
Drs. Edang.H.H.dkk,
“Pelajaran IPS Sejarah Nasional dan Umum”, 2002, PT. Sarana Panca Karya Nusa,
Bandung.
·
Sejarah XI (Program
IPS) – semester I (08:39_14 Mei 11)
·
Kerajaan Medang
Kamulan - Penelusuran Google.
·
KERAJAAN MEDANG KAMULAN « My World. http://taniacaroline.wordpress.com/2010/08/18/kerajaan-medang-kamulan/ (00:17_ 04 Jun. 11)
·
Pembagian wilayah
Kerajaan Medang Kamulan - Penelusuran Google. http://www.google.co.id/search?q=Pembagian+wilayah+Kerajaan+Medang+Kamulan&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a (00:15_04 Jun. 11)
·
sejarah kerajaan
kadiri | macheda. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:iLha9ZnvvHsJ:macheda.blog.uns.ac.id/2010/06/24/sejarah-kerajaan-kadiri/+Perang+Saudara+di+Kerajaan+Panjalu&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a&source=www.google.co.id (00:13_04 Jun. 11)
·
Kerajaan Panjalu
Ciamis - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Panjalu_Ciamis (08:39_ 14 Mei 11)
·
Kerajaan Kadiri -
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:v_liPElS93IJ:id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kadiri+Kerajaan+Kediri+Wikipedia&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a&source=www.google.co.id. (08:17_11 Mei 11)
terima ksaih sangat membantu dalam pelajaran saya ..., saya sekolah di SMA N 14 GARUT
BalasHapuslama saya tidak buka blog ini, Alhamdulillah berkah. terus semangat belajar ya.
HapusIOS and IOS on a Betway casino licence in Romania
BalasHapusThe IOS and IOS have both launched 바둑이 게임 an 실시간 라이브 스코어 online betting 파이어폭스 우회 service 사설 토토 자수 유니 88 on mobile, 스포츠 토토 판매점 찾기 샤오 미 a new online sports betting service. On the Betway website, the