BAB 1
PENDAHULUAN
Ilmu sosial, dalam
mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan
objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding
dengan ilmu alam.
Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak
menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan
lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor
sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu
alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan
metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi
tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
Dalam prakteknya penerapan metodologi ilmu-ilmu alam ke
dalam ilmu-ilmu
sosial selalu menimbulkan perdebatan, utamanya dari
segi obyek telaahan atau observasinya. Obyek penelaahan ilmu-ilmu sosial relative kompleks. Sebagai obyek observasi,
perilaku masyarakat dan individu manusia tidak dapat begitu saja diprediksi.
Seperti diketahui ilmu-ilmu alam telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat sedangkan ilmu ilmu-ilmu sosial agak tertinggal. Beberapa ahli berpendapat bahwa ilmu-ilmu sosial tak
akan pernah menjadi ilmu dalam artian yang
sepenuhnya. Sebab Ilmu-ilmu sosial
mempelajari tingkah laku manusia yang sulit dibuat seragam.
Dan dalam ilmu sosial ada yang namanya
perencanaan sosial yang sangat penting untuk aspek kehidupan manusia karena
dengan kita melakukan perencanaan sosial maka kegiatan kita untuk mempersiapkan
kehidupan masa depan akan terperinci dengan baik dan akan memiliki hasil yang
baik pula karena terperinci atau tersusun sedemikian rupa didalam pelaksanaan
perencanaan sosial.
BAB 2
PEMBAHASAN
PERENCANAAN
SOSIAL
Perencanaan sosial lebih bersifat preventif (positif) oleh karena kegiatannya merupakan
pengarahan–pengarahan dan bimbingan sosial mengenai cara-cara hidup masyarakat
yang lebih baik. Akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan biologi yang cepat
akan besar pengaruhnya dalam kehidupan, baik positif maupun negatif. Tehnik
pembiakan dalam biologi dengan sistem kloning dan rekayasa genetika datangnya
begitu cepat, padahal perangkat lunak untuk menyambut perkembangan tersebut
belum siap, dan terjadilah cultural shock
atau goncangan budaya lebih disebabkan oleh karena ketidaksiapan suatu
individu atau masyarakat dalam penerimaan perkembangan, perubahan, atau
teknologi baru
Pokok
perhatian dalam perencanaan sosial adalah melakukan modifikasi, menghilangkan
atau membuat kebijakan-kebijakn atupun program-program sosial dalam suatu
organisasi pelayanan.
Perencanaan sosial profesional umumnya mempunyai
peran utama:
1.
Mengembangkan perundang-undangan.
2.
Mengevaluasi program-program sosial.
3.
Menciptakan atau mendisain model-model pelayanan.
4.
Mengembengkan komite dewan penasehat atau badan kebijakan
yang bertugas memberikan masukan kepada pengembang program-program pada
organisasi pelayanan.
Pada
tingkat masyarakat (comunity Level) biasanya perencanaan sosial bekerja pada
agen-agen yang berada dibawah pemerintahan ataupun Lembaga Swadaya Masyarakat.
Adapun peran yang biasa dilakukan perencanaan sosial
tingkat masyarakat adalah:
1.
Perencanaan yang bersifat sektoral yang penjangkauannya lebih
pada sektor pelayanan atau yang populasi spesifik.
2.
Peranannya lebih pada memberikan masukan pada sistem
perundang-undangan atau kebijakan dibidang pelayanan kesehatan, kesehatan
mental atau pelayanan pada anak-anak muda.
3.
Pelayanan yang bersifat direck service.
Ada beberapa alasan mengapa terjadi penolakan pada
perubahan diantaranya:
1.
Merasa terhina jika perubahan itu datang dari pihak luar.
2.
Adanya alsan keuangan, ketidak tersediaan dana untuk
melakukan perubahan yang dirasakan tidak efisien sehingga dirasakan terlalu
banyak membutuhkan biaya.
3.
Perubahan akan mengganggu proses menejemen, karena
perubahan biasanya menuntut adanya penambahan atau perubahan keterampilan atau
pengetahuan dan konsekuensinya membutuhkan tenaga baru.
4.
Dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai kondisi atau
situasi seperti saat ini sedangkan perubahan menuntut pengambilan risiko yang
cepat.
Pada
kenyataan yang terjadi secara umum bahwa sebuah organisasi baru atau pegawai
baru lebih banyak dari mereka yang mau mengambil risiko karena mereka umumnya
masih mempunyai semangat yang tinggi, dan lama kelamaan suatu organisasi atau
pegawai itu makin mapan dan berkembang sehingga terbentuknya suatu prosedur dan
peraturan-peraturan yang mulai diformalkan. Kemudian suatu organisasi atau pegawai
mulai memikirkan bagaimana cara untuk
bertahan (survive) dan mulai memikirkan bagaimana membuat organisasi mereka itu
lebih maju ketimbang memikirkan penemuan-penemuan baru yang memungkinkan akan
mengganggu status kemapanan yang telah dicapai karena perubahan juga tidak
selalu menjamin adanya suatu inovasi dan suatu inovasi juga tidak menghasilkan
pelayanan yang efektif atau lebih baik.
Perubahan
biasanya terjadi karena adanya tuntutan perluasan wilayah pelayanan atau ada
data baru tentang program tertentu, sehingga suatu organisasi harus merekrut
tenaga baru dengan ide-ide baru serta pengetahuan dan keterampilan yang lain.
Namun kenyataannya pengrekrutan tenaga baru cukup memakan waktu dan biaya yang
tidak sedikit, jika perekrutan dilakukan oleh lembaga khusus yang menangani
pengrekrutan terkadang hasilnya kurang memuaskan karena lembaga tersebut kurang
mengakomodir keinginan lembaga yang berkepentingan sehingga ingin memanfaatkan
lemba seperti ini harus diterangkan dengan tepat tenaga baru yang dibutuhkan
secara detail.
Permasalahan
yang berkaitan dengan perubahan adalah karena adanya hambatan pada keterbatasan
sumber daya, biaya dan pembagian tugas. Bahkan terkadang hambatan ini sudah
mendarah daging dalam tubuh suatu organisasi sehingga merekapun tidak
mengehtahui jika mereka mempunyai permasalahan. Dalam hal ini perencanaan
sosial dapat bertindak sebagai fasilitator atau penghubung atara lembaga dengan
sumberdaya terkaitan. Terkait dengan biaya atau sumber dana biasanya suatu
lembaga telah memiliki alokasi dana yang tepat, namun dengan adanya perubahan
dapat mengganggu stabilitas dana yang ada, mereka sudah mengidentifikasikan
dana mereka pada fasilitas, tenaga ahli (terutama dalam hal pelatihan tenaga
menjadi tenaga profesional).
Terdapat beberapa strategi dalam
meningkatkan penerimaan lembaga atau masyarakat terhadap perubahan diantaranya:
1.
Pendidikan untuk perubahan biasanya berbentuk workshop,
seminar, pelatihan yang bertujuan untuk mengembangkan profesionalitas dan
pengembangan keterampilan. Strategi ini dapat berhasil apabila peserta
pendidikan terlibat langsung dalam penyusunan atau pelaksanaan program atau
kebijakan. Selain itu peserta didik mempunyai pengalaman lapangan, serta
peserta didik harus mempunyai otoritas untuk melakukan perubahan atau
keterampilan baru mereka.
2.
Adaptasi dengan sumberdaya yang terbatas, dimana lembaga
pelayanan harus beradaptasi terhadap sumber daya yang terbatas dengan
mengembang fungsi atau pelayanan yang sesuai dan dapat memanfaatkan sumberdaya
yang terbatas tersebut.
3.
Melakukan insentif dimana setiap perubahan yang dilakukan
selalu berimplikasi pada masalah dana sehingga seorang perencanaharus pandai
melakukan negosiasi dimana jika perubahan itu dapat dilakukan dengan paksaan akan
menghasilkan penolakan, namun perubahan itu dapat dilakukan dengan menonjolkan
keuntungan yang didapat dan cara yang tidak merugikan organisasi atau
masyarakat.
4.
Semakin banyak perubahan yang terjadi maka semakin banyak
pula aktifitas atau tenaga ahli. Peruabahan juga membawa berbagai variasi dan
inovasi pelayanan.
5.
Menggunakan jasa konsultan untuk meningkatkan penerimaan
inovasi atau perubahan. Konsultan dapat memberikan masukan atau berbagai
pengalaman mereka dalam membantu lembaga-lembaga pelayanan sosial lainnya,
walaupun terkadang mereka memang tidak mempunyai pengalaman yang sama dengan
lembaga yang akan dibantu, namun pengalaman lain pun dapat membantu banyak
untuk mengadakan perubahan.
6.
Shake up ini adalah
suatu perubahan yang tidak menjamin perubahan yang permanent. Shake up hanya
membuat guncangan kecil pada system, kemudian akan mendorong untuk terjadinya
perubahan pada struktur dan komponen-komponen untuk mencapai tujuan organisasi.
7.
Menghubungkan dua lembaga yang mempunyai program
pelayanan yang sama atau mempunyai ideologi yang berbeda atau metode yang
berbeda pula untuk saling berkerja sama. Umumnya lembaga yang satu lebih baik
dari pada lembaga yang lain, sehingga ada transfer pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman.
8.
Perubahan juga
harus memperhatikan pihak-pihak yang mengalaami dampak langsung dari perubahan.
Karena umumnya penolakan akan perubahan itu berasal dari pihak yang dirugikan.
9.
Perubahan yang terjadi dapat saja menyebabkan adanya
tindakan menutup diri dan penolakan, untuk itu maka perubahan harus berjalan
secara perlahan dan berkelanjutan. Terkadang perubahan itu tidak perlu terjadi
pada semua budan, jika progra pelayanan masih dapat atau masih layak maka dapat
dipertahankan.
10. Program
pelayanan dapat saja dipertahakan karena masih layak, dikembangkan jika progran
tersebut kurang efektif dan efisiendan dihilankan diganti dengan prokram
pelayanan baru.
11. Organisasi harus
berusaha untuk mempengaruhi para perencana, demikian sebaliknya perencana pun
akan berusaha untuk mempengaruhi lembaga dimana dia bertugas. Lembaga selalu
berusaha mencegah intervensi dari perencana. Untuk mengatasi hal ini maka
perencanaan tidak boleh berasumsi bahwa ia mengetahui segalanya, dalam
melakukan perencanaan harus memperhatikan semua hal yang berkaitan dengan
lembaga termasuk didalamnya ideologi, kepentingan dan lain sebagainya.
Kerjasama dan kolaborasi sangat dibutuhkan dan menentukan.
Terdapat 5 (lima) komponen penting yang harus ada
dalam latihan perencanaan sosial diantaranya:
1.
Pengantar studi pembangunan secara umum dan khususnya
formulasi kebijaksanaan dan pembangunan sosial.
2.
Pengantar struktur pemerintah dan administrasi serta
peran-peran metode perencanaan pembangunan.
3.
Analisis peran perencana sosial dalam berbagai bentuk.
4.
Batas-batasan mengenai keterampilan dan teknik dasar yang
dibutuhkan perencanaan sosial.
5.
Dan Setelah pelatihan para peserta didik harus diberikan
kesempatan untuk menspesialisasikan diri
pada aspek-aspek atau bentuk perencanaan sosial tertentu.
Mengatasi permasalahan penolakan pada pembaharuan
Faktanya organisasi atau masyarakat
sulit untuk menghadapi perubahan, karena mereka sudah mempunyai rutinitas yang
sudah mereka ngerti atau jalani. Selain itu perubahan biasanya berkolerasi
dengan masalah keuangan. Apalagi suatu organisasi yang sudah melakukan
penanganan masalah sosial, umumnya mereka sudah mempunyai maknisme yang mapan
sehingga ada keengganan untuk melakukan perubahan.
Perubahan memang tidak dapat
dilakukan dengan paksaan, seorang perencana harus berusaha untuk meyakinkan dan
dilakukan secara perlahan dengan mengikut sertakan orang-orang yang
berkkepentingan dalam proses perubahan yang dilakukan.
Pada kenyataannya yang paling banyak
dilakukan oleh perencanaan sosial ditingkat komunitas atau masyarakat adalah
perencanaan yang bersifat sktoral dan menjadi advokasi dalam memberi masukan
pada sistem perundang-undangan atau kebijakan.
Umumnya lembaga-lembaga pelayanan
ditingkat komunitas ini mempunyai wilayah karja atau karakteristik kelompok
sasaran yang sama, untuk itu perlu dibentuk lembaga koordinasi yang biasanya
berada dibawah pemerintah, terutama lembaga-lembaga pemerintahan yang terkait
(Dinas, Departemen dan lain-lain).
Dalam
melakukan perencanaan biasanya tidak
pernah terleps dari sektor-sektor terkait (intas sektoral, dimana masing-masing
lembaga mempunyai tujuan yang khusus dan populasi yang khusus. Untuk itu
diperlukan satu koordinator yang dalam kerjanya menggunakan
pendekatan-pendekatan holistik/ komprehensif.
Biasanya
kedudukan perencanaan sosial dalam suatu organisasi dapat sebagai ekses pada
pembuatan kebijakan ditingkat atas, namun tidak mempunyai akses pada
perencanaan yang telah dibuat. Posisi lainnya adalah berada diantara menejerial
dan operasional atau berada didua posisi ini sekaligu, mereka biasanya
mempunyai otoritas pada pengembangan program dan pelaksanaan program sehingga
perencanaan dapat memahami pula implikasi dari masing-masing kebijakan/program
yang dibuat.
Seorang
perencanaan sosial selalu mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
pekerjaannya, dan setiap perencanaan juga mempunyai atribut yang melekat dalam
diri mereka yang sedikit anyak juga turut mempengaruhi perencanaan yang mereka buat.
Adapun
atribut tersebut adalah ideologi (sekumpulan nila-nilai); karakter (dapat
mempengaruhi dalam melihat masalah); pengehtahuan, keterampilan dan pengalaman;
serta kpribadian dan kredibilitas perencanaan.
Ideologi
mempunyai pengaruh dalam melihat masalah, seperti mereka yang mengusung
ideologi konsensus selalu menekankan pada kesatuan, memilih masalah yangmang
dirasakan oleh sebagian besar masyarakat, tidak memihak karena mereka umumnya
menghindari konflik atau kompetisi, mereka biasanya mereka mengutamakan
kompromi, negosiasi. Sedangkan mereka yang mengusung ideologi konflik umumnya
mereka fokus pada satu kelompok masyarakat tertentu (spesifik) tidak terlalu
mementingkan kepentingan umum atau nilai-nilai yang berlaku umum, umumnya lebih
menempatkan diri mereka sebagai partisan lebih memperhatikan atau menekankan
pada kekuasaan dan pengaruh politik dan peran yang biasa dilakukan dengan
melakuakn aksi sosial maupun konflik.
Secara umum nilai-nilai yang tidak boleh
hilang dalam melakukan perencanaan sosial adalah nilai-nilai sosial seperti
HAM, kemanusiaan, keadilan, dll.
Karakter
ini dapat dilihat bagaimana cara perencanaan memilih persamasalahan.
Biasanya ada perencanaan yang lebih melihat masalah dari ketertarikan atau
interest perencanaan atau lebih pada kesesuaian dengan kemampuan yang mereka miliki. Mereka yang seperti ini
dikenal sebagai operasonalist yaitu orang yang hanya tahu apa yang pernah
mereka lakukan, menggunakan metode yang pernah mereka gunakan sehingga
perencanaan seperti ini tidak berkembang, hanya sebagai pelaku berdasarkan
hukum-hukum dan instrumen perncanaan yang sudah ada.
Kegiatan
perencanaan baru dilakukan setelah kajian dilakukan dan pemahaman terhadap
permasalah dipahami secara menyeluruh. Kendala yang dialami adalah lama waktu
yang dibutuhkan dalam pengumpulan data, sehingga energi habis diawal proses
pembuatan perencanaan sedangkan biasanya perhatian akan berkurang ketika
melakukan perencanaan dan pelaksanaan program.
Pengetahuan
dan keterampilan turut mempengaruhi perencanaan dalam melihat
permasalahan. Penegetahuan dan keterampilan didapat dari teori dan pengalaman.
Yang dimaksud dengan keterampilan diantara negosiasi, diagnosa masalah,
menentukan masalah, dll. Perencanaan akan efektif jika antara pengetahuan dan
keterampilan dapat menjangkau kegiatan organisasi, kebutuhan, keinginan dan
karakter dari populasi.
Kepribadian dan latar belakang kehidupan
perencanaan turut menentukan sukses tidaknya suatu perencanaan. Kredibilitas
seorang perencana pun turut mempengaruhi perencanaan yang akan disusun terutama
kredibilitas ini dilihat dari sisi pengetahuan, keterampilan serta pengalaman
yang mereka alami.
BAB 3
PENUTUP
(KESIMPULAN)
Jadi
perencaaan sosial adalah merupakan persiapan atau dengan kata lain rancangan
kegiatan untuk mempersiapkan masa depan kehidupan masyarakat secara ilmiah
agar memiliki hasil yang terperinci atau
terancang sedemikian rupa supaya menghasilkan masa depan yang lebih baik dan
bertujuan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya halangan atau hambatan.
Dan
secara sosiologis perencanaan ini didasarkan pada perincian pekerjaan yang
harus dilakukan dalam rangka mempersiapkan masa depan yang lebih baik dari pada
sebelumnya. Kemudian dengan hadirnya teknologi baru, membutuhkan persiapan
untuk menggunakannya dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
menyesuaikan diri terhadap kemajuan jangan sampai teknologi baru menjadi beban
dan tidak bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Sebagai contoh kehadiran
komputer dan internet, hendaknya dapat menopang dan meberi kemudahan bagi
masyarakat, tidak justru menjadi beban dan menimbulkan masalah.
Seorang
perencana juga harus berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan serta
pengalamannya untuk tetap melakukan perubahan dengan melakukan
prosedur-prosedur dan teknik-teknik perencanaan dan perubahan yang terjadi
nanti harus tetap sesuai dengan tujuan atau visi misi dari lembaga yang
bersangkutan atau masyarakat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Sosiologi 1 SMA,
Interaksi Sosial dalam dinamika Sosial Budaya.
Dr. Hamalik,
Oemar.Study Ilmu Sosial.Cv.Mandar
Maju.1992.Bandung.
Bouma. Ilmu Masyarakat Umum. Terjemahan Sujono.
Jakarta: P.T. Pembangunan, 1956.
Coser, Lewis dan
Bernard Rosenberg (ed). SocologicalnTheory.
A Book Of Readings. New York: the Macmillan Company, 1964.
How to Play at a Casino in Las Vegas - Casino Ow
BalasHapusIf クイーンカジノ you want to be able to play and have fun, try one of the best casinos in Las Vegas. You'll find a wide variety of vua nhà cái table games 온카지노 on offer
Pk2K21 ROKER MATCHER MATCH | 다풄로 톌때로 톌때로 밸큸
BalasHapuspk2k21 rokergrain.io. Sports betting, poker and casino games, live casino, games, lottery, lottery, live sport, hot kirill-kondrashin sauces dan darang 1 volleyball 카지노
The Dog House (Fantastic Online/PC) | Casinoowed.com
BalasHapusThe Dog House is 온라인카지노 a 바카라사이트 fantasy-themed MMO. In the base game, players control the appearance of dogs on the other side of the board or up to four